Shalat Secara Fiqih dan Shalat Secara Tasawuf

Menurut Islam seorang anak itu mulai diajarkan sholat ketika mulai berumur 7 tahun. Pada saat itu dengan tertatih tatih mulai dikenalkan bagaimana menegakan shalat secara ilmu fiqih. Bagaimana cara shalat secara fiqih bisa dibaca pada buku buku pedoman shalat.

Jadi secara kasat mata jika seseorang telah betul gerak dan lafadz yang diwajibkan secara fiqih maka telah sah lah shalat seseorang muslim tersebut. Demikianlah seorang anak yang sholeh sejak dari kecil hingga beranjak dewasa bahkan hingga masuk liang kubur kalau tidak menambah apa yang dituntunkan oleh Nabi Alloh, maka tetaplah mereka itu dengan shalat secara Fiqih.

Akibatnya apa yang terjadi sekarang ini yaitu:

  1. Caleg banyak jadi koruptor dan tertangkap adalah yang dari Muslim.
  2. Walikota yang koruptor dan sekarang meringkuk dipenjara adalah seorang Muslim.
  3. Di Depag yang terlibat korupsi juga yang dari Muslim.
  4. Banyak lagi koruptor, maling dll. Mereka juga dari Muslim.

Tentu akan timbul pertanyaan, mengapa dapat terjadi hal yang demikian, padahal:

  1. Shalatlah Kamu Seperti Saya Shalat (Hadits Nabi)
  2. Tegakanlah Shalat, Karena Bisa Mencegah Perbuatan Keji Dan Mungkar (Al-Qur’an)

Apakah salah pernyataan diatas, mengapa orang yang shalat masih terlibat korupsi, mengapa orang yang shalat masih maling duit rakyat?

1. Shalatlah Kamu Seperti Saya Shalat

Banyak orang mengikuti ini, tapi hanya melihat gerak dan bacaan Rasul saja, alias lahirnya saja yang diikuti yaitu mengikuti secara Fiqih, mereka melupakan Tasawufnya.

Sehingga yang dipelajari adalah, nabi itu shalat wajib adalah 5 kali sehari semalam dan ditambah shalat sunat, gerakan beliau dalam shalat begini dan begitu dan bacaanya adalah ayat ayat ini. Itu tidak lebih dan tidak kurang, akibatnya banyak orang yang shalat tapi hasilnya tetap saja tidak menghalangi untuk berbuat dosa. Buktinya saat ini yang jadi tersangka dan terdakwa banyak orang yang Muslim.

2. Tegakanlah Shalat, Karena Bisa Mencegah Perbuatan Keji Dan Mungkar

Mengapa banyak orang yang shalat, tapi tidak terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, apakah bohong pernyataan diatas. Lagi-lagi orang hanya mementingkan perbuatan lahirnya saja, yaitu Fiqihnya saja. Mereka melupakan Tasawuf-nya.

Rasul atau Nabi Muhammad adalah contoh yang sempurna tentang akhlak, sejak dari kecil sudah bergelar orang yang dipercaya al-Amin, beliau memiliki akhlak yang mulia, akhlak yang mulia itulah yang ingin dicapai didalam ajaran Tasawuf. Jadi dalam mengejakan Shalat rambu rambunya adalah Fiqih sementara Tasawuf merupakan Sukma? dari shalat tersebut. Jadi Fiqih harus sejalan dengan Tasawuf.

Jadi Shalatlah Kamu Sebagaimana Saya Shalat, jangan hanya terbatas pada yang nampaknya saja, tapi harus dilihat bagaimana khusuknya Nabi juga harus diikut serta. Jadi untuk bisa mencapai kekhusukan shalat seperti Rasul, di Fiqih tidak terdapat jawabanya, yang bisa menjawab adalah Tasawuf.

Didalam Tasawuf salah satu yang mudah dituliskan disini adalah:

Sewaktu kamu shalat, seolah-olah kamu melihat Tuhan, kalau kamu tidak bisa melihat Tuhan, yakinlah bahwa Tuhan melihat kamu. Orang yang telah benar shalatnya secara Fiqih lantas meningkatkan shalatnya hingga mencapai akhlak yang mulia (tujuan utama Tasawuf adalah akhlak mulia atau mukhlisin) maka mereka selalu merasa dekat dengan Tuhan dan Tuhan selalu melihat mereka, maka mereka selalu menjaga behaviour agar tetap ber-akhlak mulia.

Jika orang selalu menegakan shalat dan yakin mereka selalu diperhatikan Tuhan, tidak saja dalam shalat tapi juga dalam keseharian, maka tentu saja akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Tidak yakin tingkatkan kebiasaan menuju akhlak yang mulia, salah satu caranya perkaya ilmu Fiqih dengan Tasawuf, karena pada Nabi Muhammad adalah sumber Fiqih dan Tasawuf.

15 thoughts on “Shalat Secara Fiqih dan Shalat Secara Tasawuf”

    • Ingkang kasebat khusuk punika inggih anteng manteng mboten ebah-ebah. Lha menawi kathah obahipun inggih sami mawon mboten saged khusuk, mboten saged tumuju marang Gusti.

      Wonten dalil ing Quran saking Mahmud Yunus katulis:

      Sawise tekan titimangsane Pangeran paring dhawuh prajanjene marang Nabi Musa, piyambakipun banjur matur,”Duh Pangeran, mugi kawula kaijena nyawang panjenengan!”

      “Ora kuat sira nyawang Ingsun, nanging sira sawangen gunung iki, yen tetep ana ing panggonane, lagi sira bisa nyawang Ingsun!”, mekaten dhawuhipun Pangeran.

      Ing sawise cahyaning Pangeran katon ana ing gunung kui, sakala gununge banjur pecah lan Musa tiba ana ing bumi semaput. Bareng wis sadhar banjur matur;”Duh Pangeran, Maha Suci Panjenengan lan kula mertobat marang Panjenengan!” Saestunipun amba purwaning tiyang ingkang iman ing panjenengan.”

      Tegesipun nyawang punika sanes nyawang ngagem mripat, nanging panyawang ingkang sampun mboten ngagem pirantos punapa-punapa.
      Tegesipun gunung punika inggih kasebut Jabal utawi Thursina.

      Wondene wedaranipun ayat punika, ingkang dipun agem sanepa gunung inggih tiyang, ingkang tegesipun perangan ingkang kados gunung, inggih punika irung. Sebab punapa kanthi maknanipun irung? Tiyang punika pancen gadhah irung sedanten.

      Wangsulanipun pitekanipun nabi Musa punika badhe pinanggih wonten ing ugeling ayat salajengipun,”yen tetep ana ing panggonane, lagi sira bisa nyawang Ingsun!”

      Irung punika menawi kangge ebah-ebah mesti mboten anteng. Mila Pangeran ngawisi, tetep ing panggonan, awit limrahipun tiyang dzikir punika mesti mawi sarwa gela-gelo utawi obah-obah. Tindak punika mboten kepareng, njur ingkang leres punika inggih anteng, kang amengku teges semedi utawi yoga.

      Awit saking punika, lajeng saged katitik bilih ing zaman rumiyin sampun wonten laku yoga. Sejatosipun obah-obah utawi gela-gelo punika mboten saged katrimah. Dene menawi anteng, wening, anggenipun saged gampil nyawiji lan tumuju marang gusti.

      Cekap semanten, mugi-mugi punapa ingkang kula aturaken teng mriki saged paring kawruh ingkang langkung lebet para sedherek sedanten. Rahayu.

      Reply
  1. subhanallah.. iya sekarang banyak muslim yang melakukan berbagai kejahatan.
    saya juga masih banyak melakukan dosa.
    terima kasih atas postingan yang bermanfaat ini. smoga solat kita semua semakin baik secara fiqih dan tasawuf.

    Reply
  2. Anda benar, ilmu Fiqih harus sejalan dengan tasawuf, jika tidak seperti naik motor bannya kempes didepan pasti olengkan, begitu juga dengan sholat hanya berdasarkan fikih alias yang nampak tanpa disertai pemahaman tasawuf, maka sholatnya akan nyasar kemana-mana.

    Reply
  3. dulu saya orang yang slu bermaksiat, mo5 pernah ak kerjakan. pada akhhirnya ak menikmati smua it. niat ingin bertobat slu dalam pikranku, namun ak tidak bissa menahan hawa nafsu dan slu mengulangi perbuatanku. mungkin sampai ratusan kali, apakah belum dturunkan hidayah? hidayah bukan datang sendirinya namun dcari, dan akhirnya ak merenung tuk merubah hidupku lebih baik. hatiku beku tak terasa rasa berdosa. sampai akhirnya hidupku hancur, ketenagan tak dapat ak rasakan, harta hilang hutang numpuk dmana-mana keluarga morat marit. dari situ ak mulai merasakan kesalahanku. mulai dari it ak mulai mendekatkan dri pda yg allah. rasay memang sungguh tabjub, perlahan-lahan hatiku mulai cairdan menikmati hidupku. niat berubah dari pikiran disatukan dengan hati it yg menurutku dapat menjalankan niat tsb.

    Reply
  4. iya emang kalo shalat doank… islam bukan cuman shalat doank, masih banyak yang harus dilakukan seorang muslim menghindari uang riba (korupsi) dll. jadi kalo ente mamandang sebab dari banyak koruptor hanya karena muslim shalat secara fikih itu terlalu naif bung!!! seorang muslim harus melakukan 2 hal… INGAT 2 hal… MENJALANKAN seluruh PERINTAH ALLAH dan MENJAUHI segala LARANGAN-NYA. INGAT ITU!!!!

    Reply
  5. “Barang siapa mendalami fiqih, tetapi belum bertasawuf, berarti ia fasik. Barang siapa bertasawuf, tetapi belum mendalami fiqih, berarti ia zindiq. Dan Barang siapa melakukan ke-2 nya, berarti ia melakukan kebenaran”

    Reply
  6. shalat bukan hanya sekedar formalitas rutinitas gerakan,harus juga dibarengi dengan rasa ridho,pasrah,ikhlas untuk merendahkan diri dan merajuk pada Allah (khusyuk).apabila gerakan sudah dibarengi dengan rasa baru kemunkaran dapat dicegah.

    Reply
  7. Sebelum solat bersihkan semua kotoran yg ada dlm tubuh kita tinggalkan semua yg bersifat duniawi bersihkan hati luruskan niat jalankan semua perintah Allah dan jauhi semua larangan NYA…in shaa Allah selamatlah kita Dunia akherat..

    Reply
  8. Rasulullah sudah mengajarkan Shalat dengan tata cara yg benar dan tidak perlu diragukan lagi atau di tambahkan2kan ..dan berujung menjadi Bid’ah….
    Dan hubungannya dengan koruptor yg umat Islam itu ..karena ini di indonesia mayoritas islam dan pejabat nya islam…wajar oknum nya jg org Islam…klo Di Cina ga ada tuh pejabat yg agama islam terlibat korupsi….

    Klo pun secara individu dia shalat dan terlibat kejahatan…siapa yg benar2 menjamin apakah dia shalat krn semata2 ibadah kpd Allah….atau memang shalat nya orang2 munafik??yg penuh kepura2an untuk menutupi kebobrokannya…wallahu Alam..

    Reply
  9. Tulisanya sangat bagus, tp keliatanya masih ada yg blm bisa memahami, memaknai tulisanitu, bahkan ada yg menghalalkan korupsi bg org islam dgn alasan dineg kita mayoritas muslim, ( ini mungkin ygdimaksud bpk penulis sblmny hrs berdoa kpdNya dpt mengenal diri versi Allah Taala bukan versi kita. Allahu ‘alambissawaf.

    Reply

Leave a Comment