Sisi Lain Dari Sebuah Doa

Di sebuah perkampungan dengan penduduk yang masih jarang, ada seorang anak yang cukup bandel dan suka menjahili teman-temannya. Untuk mendidik anak ini, orang tuanya memasukkan ia ke sebuah kelompok ngaji di musholla. Setiap ba’da Isya hingga jam 10 malam anak ini mengikuti kajian rutin disana.

Namun karena memang bandel, ia jarang memperhatikan sang Ustadz. Kalau tidak mengganggu temannya, ia justru lebih sering tidur saat kajian dimulai. Walhasil, tidak banyak ilmu yang ia peroleh.

Makam tua

Suatu malam saat kajian dimulai, anak ini kembali tertidur. Tiba-tiba kampung mereka terkena pemadaman listrik. Karena suasana sangat gelap, sang Ustadz memutuskan untuk menghentikan kajian malam itu dan menyuruh murid-muridnya untuk segera pulang.

Setelah sang ustadz pergi, semua santri sepakat untuk memberikan pelajaran kepada si anak bandel yang masih tertidur tadi. Mereka meninggalkan ia sendirian di musholla tanpa membangunkannya.

Ketika terbangun, anak itu kaget melihat sekelilingnya gelap gulita dan teman-temannya sudah pulang. Angin malam berhembus perlahan mengenai dedaunan, beberapa tikus berlarian di atap musholla tua. Ia pun ketakutan. Anak itu sering mengarang cerita mistis tentang musholla tua ini untuk menakuti teman-temannya, namun kali ini justru ia sendiri yang ketakutan.

Ia pun bimbang, apakah ia harus bermalam dimusholla tua yang gelap gulita ini? Jika ia pulang, satu-satunya jalan yang ada harus melalui sebuah makam. Banyak penduduk kampung itu yang mengaku pernah melihat penampakan aneh di makam tersebut.

Angin malam kembali berhembus, membuat bulu kuduk anak itu meremang…

Akhirnya setelah berpikir sejenak, anak itu pun memutuskan untuk pulang. Ia berpikir lebih baik takut sementara ketika lewat kuburan daripada ia harus bertahan dan ketakutan semalaman di musholla tua itu.

Setengah berlari anak itu menyusuri jalanan setapak dikampungnya menuju ke rumahnya. Sekitar 10 meter lagi ia akan melalui kuburan itu. Ia pun mempercepat langkahnya. Degup jantungnya semakin kencang. Angin malam berhembus semakin dingin. Namun ia justru berkeringat.

Akhirnya, seperti yang sering diceritakan oleh penduduk, penampakan itupun muncul. Bahkan tidak hanya penampakan, hantu itu juga mengeluarkan suara-suara seram yang di dengar oleh si anak.

Karena saking ketakutannya, anak itupun berteriak-teriak sambil berdoa. Satu-satunya doa yang ia hafal adalah:

“Allohumma bariklana fii ma rozaqtana wa qina ‘adzabannaar”
– doa sebelum makan

Tak disangka, setelah mendengar doa yang diucapkan oleh anak itu, setan yang memperlihatkan sosoknya tadi seketika pergi menghilang. Suara-suara aneh pun juga lenyap. Dan anak bandel itupun sampai kerumahnya dengan selamat.

Sambil melarikan diri, setan tadi bergumam yang artinya, “Whaaa… Seumur-umur jadi setan baru kali ini ada manusia yang mau memakanku…”

7 thoughts on “Sisi Lain Dari Sebuah Doa”

  1. Edan…
    Tiwas tak simak tenanan, mayare guyonan…
    Berarti nek ketemu demit ojo moco ayat kursi, moco do’a makan wae… hahahaha…

    Reply
  2. podo koyok mas iwan, tapi aku curiga iki guyonan, ternyata iyo.. soale membaca doa makan itu.. aku jadi bisa menebak2 ending ceritane.. dan ternyata bener.. haha

    Reply

Leave a Reply to ibnu ch Cancel reply