Dibawah ini adalah foto tiket Pesta Wirausaha TDA 2014. Sebelum tanggal 13 Mei 2014, lembaran kertas ini begitu berarti. Orang rela mengeluarkan uang mulai dari Rp.200.000,- hingga Rp.450.000,- hanya untuk mendapatkan selembar tiket ini.
Saat panitia memberikan kuis berhadiah tiket ini, puluhan orang bersemangat ikut untuk mendapatkannya. Rasanya bisa memperoleh 1 tiket secara gratis saja sudah gembira.
Namun apa yang terjadi setelah event berakhir? Lembaran yang tadinya dicari-cari orang itu kini tidak lebih dari sekedar sampah. Jangankan membayarnya beberapa ratus ribu, dikasih seratus tiket cuma-cuma pun kita merasa enggan.
Melihat fenomena ini, saya jadi teringat pada nuansa hari akhir yang pernah diceritakan oleh guru saya. Dimana pada masa itu Alloh akan mengeluarkan seluruh materi yang ada di Bumi. Emas, perak, uang, dan harta benda tersebar dimana-mana. Namun justru saat itu pula semuanya menjadi tidak berharga.
Kita yang sebelumnya bekerja keras siang malam demi lembaran-lembaran kertas itu, dari hari ke hari menyimpan dan mengumpulkannya, ketika hari akhir tiba, lembaran itu menjadi tidak berguna.
Ini adalah nasehat bahwa mencintai uang adalah sia-sia. Alloh telah memberi contoh kecil pada fenomena tiket event di atas. Maka, jika kita hanya mengejar lembaran-lembaran kertas itu kita akan percuma. Kerjarlah manfaat yang bisa timbul melalui lembaran kertas itu.
“Munafik kamu Mift, kayak ga butuh uang aja!”
Butuh donk, selama kita masih hidup di dunia, apalagi di Indonesia, lembaran-lembaran rupiah ini masih sangat dibutuhkan. Tapi tidak untuk jadi sandaran. Artinya janganlah mencintai uang.
Bagi saya, perang melawan ego atau nafsu yang mengajak untuk mencintai uang dan dunia, adalah perjuangan seumur hidup. Pertentangan batin tentang apakah kita akan memilih memperjuangkan hal yang sementara atau memilih yang kekal. Inilah ujian keimanan kita.
Maka, perjuangkanlah lembaran-lembaran itu untuk memperoleh manfaat, bukan sekedar dikumpulkan demi kesenangan. Semoga artikel ini juga menjadi pengingat bagi saya sampai kapanpun.
Oh ya, beberapa waktu yang lalu Komunitas TDA Kampus yang saya kelola telah menyelenggarakan Pesta Wirausaha Mahasiswa Nasional. Harga tiket VIP waktu itu kami jual Rp.200.000,-/orang. Saya ada sisa beberapa lembar. Masih ada yang mau? Silahkan silaturahmi ke Jogja, saya kasih semuanya GRATIS 😀
Selama ini kita telah dibutakan dengan yang namanya “Cinta Dunia”. Harta, Tahta, dan Wanita, ketiga unsur ini memiliki kaitan erat dalam proses melemahkan iman seseorang. Salam kenal dari Blogger Kalimantan, kebetulan saya temannya Dzofar Sang Vectorian juga. 🙂
Salam kenal Mas Dwi Wahyudi, iya kemarin Mas Ndop juga sudah cerita 🙂
Subhaanalloooh.. Aku nangis postinganmu.. Sangat bermakna. Apalagi di zaman sekarang dimana orang2 berlomba2 dlm mencari uang, tapi lupa berlomba2 dalam kebaikan.
Halo mas Dwi Wahyudi, ah miftahur khan dulu ikutan BN 2011 juga toh. Cuman aku lebih terkenal jadi mas dwi cuma kenal aku deh jahahaha
Penuturan yang apik Mif. Uang memang bukan segalanya, tapi tetap saja untuk saat ini barang itu masih diperlukan 🙂
ngeriii pas nanti hari akhir pada gak doyan duwit.. btw, saya jadi kepikiran kalau mata uang kita diganti dinar… sugeeehh. hehe
Uang bukan segalanya, namun tidak bisa kita pungkiri kalau segalanya perlu uang.